Cerpen : Aku Takut Jatuh Cinta - Dino Kese


(Doc. Ilustrasi-Bacatara.com)


Adakah gadis yang datang di rumah-Mu Tuhan? Oh sangatlah mungkin, tegas Tuhan. Manis, rambutnya tertata rapi dan diimbangi pula dengan kumis tipis. Itulah dia. Namanya siapa ya?

Aku penasaran, ingin mengejarnya dan mendekatinya lebih dekat. Mudah saja, aku mencoba menggapainya dengan cara klasikku. Nomor whatsApp telah kudapat. Merangkai kata yang diimbangi dengan jutaan warna serta makna mendalam. Dia meresponnya dengan cara yang lazim digunakan kalangan hawa pada umumnya. Uniknya dia lebih unik dari yang lain. Senyumnya? Kumis tipisnya? atau yang lainnya.

Aku semakin penasaran. Kapan ya dia berbagi cerita denganku? Semakin ke sini, relasi dengannya pun semakin dekat. Orangnya ramah, berwibawa dan tidak banyak gaya. Apakah aku suka?Aku coba menghindar. Meminimalisir respon chatnya. Kembali merefleksi dan bercerita dengan ibunya Tuhan. Maria saya kenapa. Hatiku berdenyut keras jika berada di hadapannya? Aku cemas, aku khawatir dan aku takut jatuh cinta dengannya. Bantu aku ya Bun.

Kembali penasaran dengan isi pesannya. Aku coba membukanya kembali. Kenapa  kamu hanya online hari sabtu dan minggu? Aku bingung dan tak tahu cara membalasnya. Alihkan pembicaraan. Itulah jalan tengahnya. Selamat berhari minggu, Tuhan memberkati, kataku. Lebay sekali menurutku. Apakah lebay tergolong dalam cara menemukan cinta yang sebenarnya? 

Kedekatanku dengannya mulai lebih dekat. Mulai chatting, voice note hingga video call. Pelbagai pengalaman hidup kami ceritakan. Beliau sangat beralih dalam merangkai cerita. Sebelumnya aku tidak pandai merangkai apalagi membagi cerita. Tapi karena effortnya yang luar biasa, aku anggap merangkai cerita hanyalah biasa. Dia menarik menurutku. Mungkin saja Tuhan baru selesai makan waktu menciptakan dia. Tidak ada beban apapun dalam dirinya. Wajarlah dia indah dan menarik di mata ciptaan lain.

Kapan aku memilikinya, Maria! Bisikan hatiku dihadapan ibunya Tuhan. Sudah mulai hilang kabar. Kalian pasti cari yang selevel. Tidaklah mungkin seorang anak yang sedang mengejar gelar jatuh cinta dengan kami yang bekerja sebagai buruh. Isi pesannya begitu. Wajarlah saya bingung. Aku tak tahu maksudnya apa.

Jatuh cinta tidak memandang gelar, status ataupun label. Pada intinya hatiku akan berdetak keras jika berada di hadapanmu. Itulah arti jatuh cinta. Mungkin saja dia mempunyai fisik yang menggoda tapi psikisnya sudah dinoda. Psikisnya hancur lebur yang membuatnya depresi, frustasi bahkan gila. Manusia siapa yang jatuh cinta dengan mereka yang gila? Kecuali orang gila. Aku membalasnya.

Terkadang jatuh cinta itu tidak mengenal tempat. Di pasar, di persimpangan jalan, di dalam mobil, bahkan di dalam kamar pun sudah acap kali terjadi. Tapi aku belum merasakan hal yang demikian. Jatuh cinta perdanaku tepat di depan tabernakel. Aku kagum dengan Dia yang transenden. Aku pun mengikuti-Nya.

Malam ini dia kembali berbagi cerita. Hatiku bergetar melebihi handphone yang sedang bergetar. Suaranya lembut, senyumnya pun demikian. Dia senior. Ilusiku berbisik. Aku mengetahuinya dari caranya membuka cerita. Lagi, lagi dan lagi aku paksa untuk tidak mendengar ceritanya. Aku takut jatuh cinta. Ceritanya sudah terarah ke arah-arah cinta. Aku mengalihkannya. 

Waktu menunjukan pukul 22.30. “Cukup ya kak, aku istirahat malam. Selamat tidur, berharap mimpi indah dan sangat berharap kita ketemu dalam mimpi. Terimakasih ceritanya,” tegasku sebelum aku mengakhiri video call dengannya. Insomnia, itulah yang terjadi. Duduk, keluar masuk kamar, bolak-balik bantal itulah yang kulakukan. Aku kenapa? Pikiran masih digauli dengan dia yang baru video call. Aku berusaha dan coba mengeluarkan bayangannya dari pikiran. Bisalah. Mode fokus kembali diaktifkan.

Sudah lama dia tidak memberi kabar. Aku yang salah atau dia yang salah. Ini menjadi bahan refleksi untuk diriku. 

Tibalah saatnya aku berani memberi kabar yang pertama untuk dia. Responnya lama. Dia sibuk? Dia membenciku? Atau dia sudah jadi istrinya orang?




Biodata Penulis 

Penulis: Dino Kese, mahasiswa IFTK Ledalero (IG, @dinokese).




Next Post Previous Post

mungkin anda suka

sr7themes.eu.org